A.
Teknik Penanganan
1. Panen
Umur panen pada tanaman kentang
berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang
genjah umur panennya sekitar 2 bulan, kentang sedang umur panennya sekitar 3
bulan, dan kentang dalam umur panen sekitar 4 bulan.
Hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi
pemasaran. Hasil yang tinggi biasanya dicapai oleh kultivar umur dalam dan
musim tanam yang panjang. Panen dilakukan sebelum terjadi senescence daun
atau kematian akibat bunga es dan umbi belum berkembang penuh.
Secara fisik tanaman kentang sudah
dapat dipanen apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan serangan penyakit, batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak
mengering. Selain itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali
dengan daging umbi, kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari. Ada
berbagai macam cara memanen kentang mulai dari yang paling sederhana sampai
yang modern. Panen kentang yang sederhana dengan menggali umbi dengan tangan
dan menempatkannya dalam wadah kecil. Panen kentang yang modern menggunakan
peralatan untuk memisahkan umbi dari tanah dan menempatkannya dalam wadah
pengumpul atau truk. Mekanisasi dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan
digunakan pada skala produksi yang besar.
Waktu memanen sangat dianjurkan
dilakukan pada waktu sore hari/ pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah.
Cara memanen yang baik adalah dengan cara mencangkul tanah disekitar umbi
kemudian angkat umbi dengan hati-hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah
itu kumpulkan umbi ditempat yang teduh. Serta hindari kerusakan mekanis waktu
panen. Sedangkan untuk tanaman yang akan dipanen
menggunakan mesin, pada bagian atasnya harus dihancurkan dengan mesin pemotong
tajuk atau dengan bahan kimia pengering daun. Kegiatan ini dilakukan saat satu
atau dua minggu sebelum panen. Penghancuran daun cenderung memperkuat jaringan
peridermis umbi yang belum matang sehingga meningkatkan ketahanannya terhadap
kemungkinan kerusakan sebelum panen.
Kentang yang dipanen ketika masih
muda mempunyai kulit yang tipis, mudah sobek, kandungan airnya tinggi dan
kandungan tepungnya rendah. Sebaliknya, kentang yang dipanen setelah cukup tua
mempunyai kulit yang tebal, tidak mudah sobek, kandungan tepungnya tinggi, dan
tahan lama bila disimpan. Mutu sayuran setelah dipanen tidak dapat
ditingkatkan, hanya dapat dipertahankan. Mutu yang baik dapat diperoleh bila
pemanenan dilakukan pada tingkat kedewasaan yang cukup (Muchtadi, D., 1996).
2. Pasca Panen
a. Sortasi dan Grading
Sebelum
mengalami sortasi dan grading terlebih dahulu dilakukan proses pencucian. Umbi
kentang yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara memasukkannya kedalam bak
air. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber-sumber
kontaminasi. Biasanya ditambahkan suatu bahan kimia yaitu klorin kedalam air
pencucian yang bertujuan untuk mengendalikan mikroorganisme. Klorin efektif
bila larutan dijaga pada pH netral. Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150
ppm dapat membantu mengendalikan patogen selama proses lebih lanjut. Setelah
itu, bahan dikeringkan dengan cara meniriskan dan memberikan udara.
Kemudian
dilakukan penyortiran yang merupakan kegiatan memilih
umbi kentang yang secara fisik dan fisiologis.
b. Pengemasan
Pengemasan adalah memasukkan dan
menyusun hasil panen kedalam suatu wadah atau tempat yang cocok dan baik
sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis,
kimiawi, dan biologis. Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap
kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah dalam hal pengangkutan
dan perhitungan. Alat pengemas diharuskan bersih dan terbuat dari bahan yang
ringan. Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi diberi bahan
yang mengurangi benturan selama pengangkutan.
c. Penyimpanan
Tujuan
utama penyimpanan adalah mengendalikan laju transpirasi, respirasi, infeksi
penyakit, dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi
konsumen. Umbi kentang disimpan pada suhu 150C-250C dan
kelembaban 85%-95% selama 10 hari atau lebih untuk meningkatkan pembentukan
peridermis dan penyembuhan luka akibat panen. Setelah penyembuhan, suhu
penyimpanan diturunkan, besarnya penurunan suhu bergantung pada lamanya
penyimpanan. Menurut Sumoprastowo (2004) penyimpanan adalah upaya untuk
memperpanjang ketersediaan produk sehingga membantu memenuhi kebutuhan
pemasaran, distribusi, dan penggunaan. Penyimpanan yang baik seharusnya
dirancang untuk mencegah menurunnya kelembaban, terjadinya pembusukan, dan perkecambahan
dini, serta menghilangkan panas akibat respirasi. Selama penyimpanan, cahaya
dihalangi untuk menghindari terbentuknya klorofil pada kulit umbi yang dapat
menyebabkan penghijauan umbi sehingga terbentuk glikoalkaloid atau solanin yang
beracun dan menyebabkan rasa pahit.
Kondisi
penyimpanan yang paling ideal adalah ruangan yang dilengkapi pengaturan
kelembaban dan suhu yang tepat. Dalam berbagai tipe penyimpanan berskala besar
yang modern, kentang disimpan pada tumpukan yang besar atau didalam ruangan.
Tumpukan tersebut bila terlalu besar dapat mengganggu ventilasi dan menyebabkan
rusaknya umbi yang berada di lapisan bawah tumpukan. Sebagian besar produsen
memiliki ruang penyimpanan bersuhu rendah untuk memperpanjang umur simpan dan
menyediakan pasokan kentang secara terus menerus. Selama penyimpanan terdapat
berbagai gangguan, sebagian besar gangguan disebabkan oleh penanganan fisik
yang keras dimulai pada saat panen hingga penyimpanan. Penyakit timbul biasanya
disebabkan oleh adanya infeksi umbi sebelum disimpan. Dalam mengendalikan hama
dan penyakit biasanya dilakukan sanitasi penyimpanan. Penyimpanan umbi kentang
diletakan dalam rak-rak yang tersusun rapi, dimana ruangan tempat penyimpanan
harus dibersihkan dan disterilisasi terlebih dahulu agar terbebas dari bakteri.
Tempatpun harus yang tertutup dan berventilasi.
B. Hasil dan Pengolahan
a. Pengolahan Kripik
Kentang
1.
Pemilihan
umbi kentang
Umbi kentang dipilih yang segar,
sehat dan tidak cacat bentuk bulat lonjong, mata tunas dangkal, ukuran besar
dan umbi yang keras (baru dipanen). Umbi kentang sebaiknya dipilih umbi kentang
yang memiliki berat jenis yang tinggi menghasilkan keripik yang lebih baik.
Faktor ini biasanya ditentukan oleh varietas kentang, cara bercocok tanam,
keadaan tanah, suhu/iklim, dan derajat ketuaan umbi.
2.
Pencucian
bahan baku
Umbi kentang dicuci dengan
menggunakan air bersih hingga kotoran atau tanah yang masih melekat pada
kentang hilang, serta mengurangi kontaminan mikroorganisma yang tidak
diinginkan yang terdapat pada kulit kentang, yang akan mengakibatkan turunnya
mutu produk.
3.
Pengupasan
Kentang yang telah dicuci
direndam dalam air bersih, selanjutnya dibuang mata tunas dan kulitnya.
Pengupasan diusahakan pengupasan dilakukan selalu dalam air, tujuannya adalah
agar tidak terjadi kontak langsung antara kentang yang telah dikupas dengan
udara yang dapat menyebabkan terjadinya pencoklatan pada permukaan kentang.
Beberapa cara pengupasan umumnya dilakukan dengan cara manual yaitu dengan
menggunakan pisau. Cara lain misalnya dengan pengikisan (abrasion), perendaman
dalam larutan garam dapur, perendaman dalam larutan alkali (NaOH) yang
menyebabkan kehilangan pengupasan sebesar 18-20%, dan penggunaan uap panas.
4.
Pencucian
I
Pembersihan awal dilakukan
terhadap umbi yang telah dikupas untuk menghilangkan sisa pengupasan yang masih
menempel, mata tunas, noda hitam, bagian yang kena hama dan penyakit, serta
bagian yang berwarna hijau. Pemukaan umbi yang telah dikupas harus senantiasa
basah oleh air pembersih untuk mencegah terjadinya kerusakan oksidatif.
5.
Pengirisan
Kentang yang telah bersih dari
kulit dan matanya selanjutnya diiris dengan alat pengiris (slicer) yang
menggunakan pisau stainles. Keuntungan menggunakan pisau pengiris adalah
seragam dalam ukuran dan ketebalan, serta praktis dan ekonomis dalam volume dan
waktu yang digunakan dibandingkan dengan menggunakan pisau secara manual.
Irisan kentang langsung dimasukkan dalam air atau larutan sodium bisulfit,
karena larutan tersebut berfungsi dapat mencegah reaksi pencoklatan. Ketebalan
irisan 1-2 mm disesuaikan dengan keadaan kentang, suhu dan lama pengeringan, serta
kesukaan konsumen.
6.
Perendaman
Kentang yang telah
diiris direndam dengan air bersih. Proses perendaman dalam larutan kapur 1%
atau larutan CaCl2 0,1% dilakukan selama 1 malam (12 jam) untuk memperoleh
tekstur umbi yang keras sehingga tidak hancur pada saat penggorengan. Pada
perendaman ini tekstur irisan kentang menjadi keras karena terbentuknya kalsium
pektat. Penggunaan larutan kalsium klorida (CaCl2) sangat nyata dapat
menurunkan banyaknya minyak yang digunakan dalam menggoreng sehingga dapat
meningkatkan mutu keripik.
7.
Pencucian
II
Irisan umbi kentang
kemudian dibersihkan kembali untuk menghilangkan pati yang menempel pada
permukaannya, dan sisa air kapur yang digunakan untuk merendam sehingga tidak
terjadi penumpukan irisan umbi selama penggorengan.
8.
Blansing
Blansing merupakan
pemanasan awal pada bahan pangan pada suhu mendidih atau hampir mendidih dalam
waktu yang singkat. Tujuannya adalah untuk melunakkan atau melayukan jaringan
bahan, menginaktifkan enzim dalam irisan umbi, menurunkan jumlah mikroba yang
hidup pada bahan serta menghilangkan getah dan kotoran. Blansing dilakukan
dengan cara merendam irisan umbi kentang dalam air panas selama 5-10 menit
untuk menginaktifkan enzim. Kadang-kadang di dalam air perendaman ditambahkan
pula senyawa “natrium metabisulfit” atau “natrium bisulfit” untuk mencegah
terjadinya reaksi pencoklatan. Setelah itu irisan kentang dikeringkan untuk
menaikkan kapasitas unit pemasakan serta mempercepat waktu penggorengan.
Perlakuan blansing tidak mempengaruhi warna keripik kentang yang langsung
digoreng karena cenderung menurunkan cita rasa keripik.
9.
Pengeringan
Pengeringan dilakukan
dengan cara penjemuran atau dengan alat pengering enersi surya yang dilengkapi
dengan rak-rak untuk memudahkan dalam membalik bahan keripik selama penjemuran.
Cara lain yaitu dengan cabinet dryer (oven) dengan suhu pengeringan berkisar
antara 50-60 °C.
10.
Penggorengan
Proses penggorengan
(deep frying) dilakukan pada temperatur ± 200°C selama 5 detik tergantung pada
tingkat kekeringan irisan umbi (Hill dan Gould 1977). Minyak yang digunakan
dalam menggoreng mempunyai fungsi sebagai medium pindah panas dan memberikan
flavor (perpaduan rasa dan aroma) tertentu pada produk akhir. Proses
penggorengan dilakukan dalam katel dimana irisan kentang terendam di dalam
minyak. Jumlah minyak yang terserap keripik sekitar 10-15 persen lebih rendah
bila keripik digoreng dalam minyak yang pada suhu kamar berbentuk cair, dibandingkan
bila keripik digoreng dalam minyak yang berbentuk padat pada suhu kamar. Kemudian
selanjutnya dilakukan inspection kembali untuk menghilangkan keripik kentang
yang gosong atau rusak. Setelah lolos inspection, proses dilanjutkan flavoring
atau pemberian bumbu untuk menambah kelezatan keripik kentang. Biasanya
seasoning diaplikasi dalam rotary drum.
11.
Pengemasan
Keripik yang telah
digoreng dan dibumbui dapat dikemas dalam kaleng, plastik atau alumunium foil.
Comments
Post a Comment